KEGEMUKAN MENURUT ILMU KEDOKTERAN

OBESITAS
BATASAN
Obesitas adalah penimbunan jaringan lemak secara berlebihan akibat ketidak seimbangan antara asupan energi (energy intake) dengan pemakaian energi (energy expenditure).
PATOFISIOLOGI
Obesitas terjadi karena adanya kelebihan energi yang disimpan dalam bentuk jaringan lemak. Gangguan keseimbangan energi ini dapat disebabkan oleh faktor eksogen (obesitas primer) sebagai akibat nutrisional (90%) dan faktor endogen (obesitas sekunder) akibat adanya kelainan hormonal, sindrom atau defek genetik (meliputi 10%).
Pengaturan keseimbangan energi diperankan oleh hipotalamus melalui 3 proses fisiologis, yaitu : pengendalian rasa lapar dan kenyang, mempengaruhi laju pengeluaran energi dan regulasi sekresi hormon. Proses dalam pengaturan penyimpanan energi ini terjadi melalui sinyal-sinyal eferen (yang berpusat di hipotalamus) setelah mendapatkan sinyal aferen dari perifer (jaringan adipose, usus dan jaringan otot). Sinyal-sinyal tersebut bersifat anabolik (meningkatkan rasa lapar serta menurunkan pengeluaran energi) dan dapat pula bersifat katabolik (anoreksia, meningkatkan pengeluaran energi) dan dibagi menjadi 2 kategori, yaitu sinyal pendek dan sinyal panjang. Sinyal pendek mempengaruhi porsi makan dan waktu makan, serta berhubungan dengan faktor distensi lambung dan peptida gastrointestinal, yang diperankan oleh kolesistokinin (CCK) sebagai stimulator dalam peningkatan rasa lapar. Sinyal panjang diperankan oleh fat-derived hormon leptin dan insulin yang mengatur penyimpanan dan keseimbangan energi.
Apabila asupan energi melebihi dari yang dibutuhkan, maka jaringan adiposa meningkat disertai dengan peningkatan kadar leptin dalam peredaran darah. Leptin kemudian merangsang anorexigenic center di hipotalamus agar menurunkan produksi Neuro Peptide –Y (NPY), sehingga terjadi penurunan nafsu makan. Demikian pula sebaliknya bila kebutuhan energi lebih besar dari asupan energi, maka jaringan adiposa berkurang dan terjadi rangsangan pada orexigenic center di hipotalamus yang menyebabkan peningkatan nafsu makan. Pada sebagian besar penderita obesitas terjadi resistensi leptin, sehingga tingginya kadar leptin tidak menyebabkan penurunan nafsu makan.
GEJALA KLINIS
Berdasarkan distribusi jaringan lemak, dibedakan menjadi :
- apple shape body (distribusi jaringan lemak lebih banyak dibagian dada dan pinggang)
- pear shape body/gynecoid (distribusi jaringan lemak lebih banyak dibagian pinggul dan paha)
Secara klinis mudah dikenali, karena mempunyai ciri-ciri yang khas, antara lain :
- wajah bulat dengan pipi tembem dan dagu rangkap
- leher relatif pendek
- dada membusung dengan payudara membesar
- perut membuncit (pendulous abdomen) dan striae abdomen
- pada anak laki-laki : Burried penis, gynaecomastia
- pubertas dini
- genu valgum (tungkai berbentuk X) dengan kedua pangkal paha bagian dalam saling menempel dan bergesekan yang dapat menyebabkan laserasi kulit
CARA PEMERIKSAAN
1. Anamnesis :
Saat mulainya timbul obesitas : prenatal, early adiposity rebound, remaja
Riwayat tumbuh kembang (mendukung obesitas endogenous)
Adanya keluhan : ngorok (snoring), restless sleep, nyeri pinggul
Riwayat gaya hidup :
a.Pola makan/kebiasaan makan
b.Pola aktifitas fisik : sering menonton televisi
Riwayat keluarga dengan obesitas (faktor genetik), yang disertai dengan resiko seperti penyakit kardiovaskuler di usia muda, hiperkolesterolemia, hipertensi dan diabetes melitus tipe II
2.Pemeriksaan fisik :
Adanya gejala klinis obesitas seperti diatas
3.Pemeriksaan penunjang : analisis diet, laboratoris, radiologis, ekokardiografi dan tes fungsi paru (jika ada tanda-tanda kelainan).
4.Pemeriksaan antropometri :
Pengukuran berat badan (BB) dibandingkan berat badan ideal (BBI). BBI adalah berat badan menurut tinggi badan ideal. Disebut obesitas bila BB > 120% BB Ideal.
Pengukuran indeks massa tubuh (IMT). Obesitas bila IMT P > 95 kurva IMT berdasarkan umur dan jenis kelamin dari CDC-WHO.
Pengukuran lemak subkutan dengan mengukur skinfold thickness (tebal lipatan kulit/TLK). Obesitas bila TLK Triceps P > 85.
Pengukuran lemak secara laboratorik, misalnya densitometri, hidrometri
PENYULIT
1.Kardiovaskuler
Terkait dengan: peningkatan kadar insulin, trigliserida, LDL-kolesterol dan tekanan darah sistolik serta penurunan kadar HDL- kolesterol.
2.Diabetes Mellitus tipe-2
Jarang ditemukan pada anak obesitas, tetapi hampir semua anak obesitas dengan diabetes mellitus tipe-2 mempunyai IMT > + 3SD atau P > 99.
3.Obstructive sleep apnea
Sering dijumpai dengan gejala mengorok. Gejala ini berkurang seiring dengan penurunan berat badan.
4.Gangguan ortopedik
Disebabkan tergelincirnya epifisis kaput femoris yang menimbulkan gejala nyeri panggul atau lutut dan terbatasnya gerakan panggul akibat kelebihan berat badan.
5.Pseudotumor serebri
Adanya gangguan jantung dan paru pada obesitas, menyebabkan peningkatan kadar CO2 dan peningkatan tekanan intrakranial, yang dapat menimbulkan sakit kepala, papil edema, diplopia, kehilangan lapangan pandang perifer dan iritabilitas.
6. Problem psikososial.
Karena obesitas merupakan bentuk tubuh yang tidak menyenangkan serta adanya anggapan bahwa anak obesitas identik dengan malas, jorok, bodoh, jelek, pembohong dan curang, sehingga anak yang obesitas sering mengalami diskriminasi, fungsi sosial berkurang serta penurunan prestasi belajar, kebugaran dan kesehatan.
PENATALAKSANAAN
Prinsipnya adalah mengurangi asupan energi serta meningkatkan keluaran energi, dengan cara pengaturan diet, peningkatan aktifitas fisik, dan mengubah/modifikasi pola hidup.
1. Menetapkan target penurunan berat badan
Untuk penurunan berat badan ditetapkan berdasarkan :
• Usia anak : 2-7 tahun dan diatas 7 tahun
• Derajat obesitas
• Ada tidaknya penyakit penyerta/komplikasi.
Pada anak obesitas usia dibawah 7 tahun tanpa komplikasi, dianjurkan cukup dengan mempertahankan berat badan. Pada anak obesitas usia dibawah 7 tahun dengan komplikasi dan usia diatas 7 tahun (dengan/tanpa komplikasi) dianjurkan untuk menurunkan berat badan (diet dan aktifitas fisik). Target penurunan berat badan dengan kecepatan 0,5-2 kg per bulan, sampai mencapai berat badan ideal.
2. Pengaturan diet
Prinsip pengaturan diet pada anak obesitas adalah diet seimbang sesuai dengan angka kecukupan gizi (AKG), hal ini karena anak masih mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Intervensi diet harus disesuaikan dengan usia anak, derajat obesitas dan ada tidaknya penyakit penyerta. Pada obesitas tanpa penyakit penyerta, diberikan diet seimbang rendah kalori dengan pengurangan asupan kalori sebesar 30%. Dapat pula memakai perhitungan kebutuhan kalori berdasarkan berat badan sebagai berikut :
BB ideal + (BB aktual-BB ideal) X 0,25
Dalam pengaturan diet ini perlu diperhatikan tentang :
•Menurunkan berat badan dengan tetap mempertahankan pertumbuhan normal.
•Diet seimbang dengan komposisi karbohidrat 50-60%, lemak 20-30% dengan lemak jenuh < 10% dan protein 15-20% energi total serta kolesterol < 300 mg per hari.
•Diet tinggi serat, dianjurkan pada anak usia > 2 tahun dengan penghitungan dosis menggunakan rumus : (umur dalam tahun + 5) gram per hari.
3. Pengaturan aktifitas fisik
Latihan fisik yang diberikan disesuaikan dengan tingkat perkembangan motorik, kemampuan fisik dan umurnya. Aktifitas fisik untuk anak usia 6-12 tahun lebih tepat yang menggunakan keterampilan otot, seperti bersepeda, berenang, menari dan senam. Dianjurkan untuk melakukan aktifitas fisik selama 20-30 menit per hari.
4. Mengubah pola hidup/perilaku
Diperlukan peran serta orang tua sebagai komponen intervensi, dengan cara :
.Pengawasan sendiri terhadap: berat badan, asupan makanan dan aktifitas fisik serta mencatat perkembangannya.
.Mengontrol rangsangan untuk makan. Orang tua diharapkan dapat menyingkirkan rangsangan disekitar anak yang dapat memicu keinginan untuk makan.
•Mengubah perilaku makan, dengan mengontrol porsi dan jenis makanan yang dikonsumsi dan mengurangi makanan camilan.
.Memberikan penghargaan dan hukuman.
•Pengendalian diri, dengan menghindari makanan berkalori tinggi yang pada umumnya lezat dan memilih makanan berkalori rendah.
5. Peran serta orang tua, anggota keluarga, teman dan guru.
Orang tua menyediakan diet yang seimbang, rendah kalori dan sesuai petunjuk ahli gizi. Anggota keluarga, guru dan teman ikut berpartisipasi dalam program diet, mengubah perilaku makan dan aktifitas yang mendukung program diet.
6. Konseling problem psikososial, terutama untuk peningkatan rasa percaya diri
7. Terapi intensif
Terapi intensif diterapkan pada anak dengan obesitas berat dan yang disertai komplikasi yang tidak memberikan respon pada terapi konvensional, terdiri dari diet berkalori sangat rendah (very low calorie diet), farmakoterapi dan terapi bedah.
Indikasi terapi diet dengan kalori sangat rendah bila berat badan > 140% BB Ideal atau IMT P > 97, dengan asupan kalori hanya 600-800 kkal per hari dan protein hewani 1,5-2,5 gram/kg BB Ideal, dengan suplementasi vitamin dan mineral serta minum > 1,5 L per hari. Terapi ini hanya diberikan selama 12 hari dengan pengawasan dokter.
Farmakoterapi dikelompokkan menjadi 3, yaitu : mempengaruhi asupan energi dengan menekan nafsu makan, contohnya sibutramin; mempengaruhi penyimpanan energi dengan menghambat absorbsi zat-zat gizi contohnya orlistat, leptin, octreotide dan metformin; meningkatkan penggunaan energi. Farmakoterapi belum direkomendasikan untuk terapi obesitas pada anak, karena efek jangka panjang yang masih belum jelas.
Terapi bedah di indikasikan bila berat badan > 200% BB Ideal. Prinsip terapi ini adalah untuk mengurangi asupan makanan atau memperlambat pengosongan lambung dengan cara gastric banding, dan mengurangi absorbsi makanan dengan cara membuat gastric bypass dari lambung ke bagian akhir usus halus. Sampai saat ini belum banyak penelitian tentang manfaat dan bahaya terapi ini pada anak.
Kegemukan dapat diketahui dengan mengukur jumlah lemak seluruh tubuh menggunakan alat impedans atau mengukur ketebalan lemak di tempat-tempat tertentu menggunakan alat kaliper. Selain itu lemak di sekitar perut dapat diukur dengan menggunakan meteran. Secara sederhana kegemukan dapat dihitung dengan menghitung Indeks Massa Tubuh, yaitu membagi berat badan (kg) dengan tinggi badan dikuadratkan (m2) atau
IMT = .
Perhitungan ini tidak berlaku bagi atlet, ibu hamil dan anak-anak.
Risiko penyakit akibat kegemukan
Jenis kegemukan atau obesitas dapat dibagi dua, yaitu yang merata seluruh tubuh dan yang lokal terutama di perut yang disebut obesitas sentral. Kedua jenis obesitas ini mempunyai dampak pada kesehatan tubuh secara langsung.
Tubuh yang berat akan membebani lutut mengakibatkan keradangan sendi, memicu hipertensi, mengganggu kesuburan dan dapat mengakibatkan kematian mendadak saat tidur. Kelebihan asupan makanan mengakibatkan meningkatnya lemak darah yang tidak diinginkan (kolesterol LDL dan Trigliserida). Selain itu, jaringan lemak tubuh yang merupakan tempat deposit kelebihan kalori, terutama dibagian dalam rongga perut ,ikut mengganggu kerja insulin (resistensi insulin).
Gangguan lemak darah dan resisitensi insulin mengkibatkan kumpulan gejala yang disebut sindroma metabolik, yang ditandai dengan obesitas sentral, hipertensi, dislipidemia (kolesterol total, LDL, trigliserida tinggi, sedangkan kolesterol HDL rendah) dan gula darah puasa yang meningkat. Keadaan ini akan memicu terjadinya diabetes dan menimbulkan penyempitan pembuluh darah yang pada akhirnya meningkatkan kejadian serangan jantung dan stroke.
Selain itu, makan berlebihan akan meningkatkan radikal bebas yang akan memicu terjadinya keganasan (kanker).
Bagaimana terjadinya kegemukan atau obesitas
Kegemukan disebabkan oleh ketidak imbangan kalori yang masuk dibanding yang keluar. Kalori diperoleh dari makanan sedangkan pengeluarannya melalui aktivitas tubuh dan olah raga. Kalori terbanyak (60-70%) dipakai oleh tubuh untuk kehidupan dasar seperti bernafas, jantung berdenyut dan fungsi dasar sel. Besarnya kebutuhan kalori dasar ini ditentukan oleh genetik atau keturunan. Namun aktifitas fisik dan olah raga dapat meningkatkan jumlah penggunaan kalori keseluruhan.
Jadi ketidak imbangan kalori ini dapat ditentukan oleh faktor keturunan tapi dipicu oleh pola hidup dan lingkungan. Kebiasaan hidup santai, malas bergerak, selalu dibantu oleh orang lain (pembantu/supir) atau alat (remote/ handphone/ eskalator/ kendaraan) dan makan berlebihan akan meningkatkan asupan dan menurunkan luaran kalori.
Tatalaksana kegemukan/ obesitas
Hampir semua penderita kegemukan tahu cara menurunkan BB, yaitu dengan berdiet dan berolah raga, namun sedikit yang berhasil. Umumnya mereka gagal atau hanya mengalami sedikit penurunan BB atau ada pula yang mengalami sindroma yoyo, yaitu BB turun dengan drastis, namun beberapa waktu kemudian naik dengan pesat. Apa yang salah? Kesalahannya terletak pada ketidak tahuan dan ketidak mampuan.
Ada beberapa cara penurunan BB dalam hal ini penurunan lemak tubuh, yang disesuaikan dengan jenis, beratnya obesitas dan status kesehatan yaitu:
1. Perubahan pola hidup
2. Obat-obatan
3. Pembedahan
Perubahan pola hidup yaitu mengatur pola makan dan meningkatkan aktivitas fisik. Pembatasan kalori saja ternyata hanya dapat menurunkan berat badan dan kurang berdampak baik pada lemak darah. Sedangkan olah raga saja tidak menurunkan BB (karena jaringan lemak digantikan jaringan otot yang lebih berat) namun memperbaiki profil lemak darah yaitu menurunkan kolesterol LDL, trigliserida dan meningkatkan kolesterol HDL.
Agar dapat diperoleh penurunan lemak tubuh dan perbaikan profil lemak darah maka harus dilakukan keduanya sekaligus yang disebut sebagai perubahan pola hidup. Olah raga yang tepat dapat meningkatkan metabolisme energi sehingga membantu penurunan BB dan mempertahankan BB selain meningkatkan kebugaran.
Perubahan pola hidup merupakan hal penting yang mendasar serta tidak perlu menanggung konsekwensi komplikasi yang mungkin timbul dari obat atau pembedahan. Namun perubahan pola hidup ini tidak mudah, perlu proses dan waktu. Tiap manusia ingin memperoleh jalan pintas, cepat dan tidak susah sehingga memilih jalan lain yaitu menggunakan obat-obatan dan pembedahan.
Penggunaan obat-obatan bukan merupakan pilihan utama, sebab tanpa mengubah pola hidup, obat tidak bermanfaat,karena berat badan akan kembali kesemula bila penggunaan obat dihentikan. Bahkan obat-obat tertentu memberi efek samping yang kurang baik untuk tubuh. Dari penelitian diketahui bahwa diet, dibarengi oleh raga rutin dan obat menghasilkan penurunan BB yang paling baik dan bertahan lama. Obat pelangsing yang beredar sangat banyak, namun hanya dua jenis yang diijinkan dan diindikasikan sebagai obat obesitas oleh departemen kesehatan RI. Kelompok yang pertama adalah orlistat yang menghambat penyerapan sebagian lemak makanan yang sedang dicerna. Lemak merupakan penyeimbang energi terbesar, sehingga pengurangan jumlah lemak akan mengurangi kalori yang masuk, selain obat ini juga memperbaiki profil lemak darah. Kelompok lain yaitu Sibutramine mempunyai efek mempercepat rasa kenyang. Kesimpulannya kedua obat ini bekerja menurunkan asupan kalori.
Pemilihan jenis obat sangat tergantung pada pola hidup dan status kesehatan pasien, maka pemilihannya dan dosis yang diberikan harus dengan resep dokter. Pembedahan bukan merupakan jalan pintas yang tepat bagi penderita kegemukan. Pembedahan berupa pemendekan usus dan penyempitan lambung hanya ditujukan bagi penderita obesitas morbid atau obesitas berat yang terancam kematian. Sedangkan operasi sedot lemak hanya memperbaiki kosmetis, tapi tidak menurunkan risiko terjadinya penyakit akibat kegemukan, sebab pola hidup sehat tidak dilakukan.
Penurunan berat badan yang baik akan menurunkan faktor risiko terjadinya penyakit. Penuruan 5% dari BB semula sudah mempunyai dampak, apalagi 10 %, yang dengan mudah dicapai melalui perubahan pola hidup.
Jadi, harus bagaimana?
1. Mulailah dengan tekad.
Pengetahuan bahwa kegemukan merupakan pemicu timbulnya masalah kesehatan yang berat, dapat memberi motivasi. Selain motifasi kesehatan, penampilan juga perlu mendapat perhatian. Keluarga dan teman-teman disekeliling juga perlu diberitahu tujuan penurunan BB, sehingga dapat mendukung program ini.
2. Dari pengetahuan yang diperoleh di atas, pengaturan makan dibarengi gaya hidup aktif dan berolah raga teratur dan bila perlu menggunakan obat (indikasi: IMT > 30 atau ada penyakit) merupakan jalan terbaik. Kesinambungan merupakan kemutlakan. Jangan berhenti bila tujuan sudah dicapai. Pertahankan seumur hidup.
3. Buat target jangka pendek dan semangati diri sendiri bila bisa mencapai target. Target jangka pendek adalah penurunan BB 0,5 kg/minggu atau jangka panjang adalah penurunan 10% BB dan mengecilkan lingkar perut.
4. Buat rencana yang masuk akal dan dapat dilakukan untuk jangka waktu lama, seperti makan teratur namun rendah kalori, bukannya berpuasa. Mempelajari variasi makanan yang rendah kalori namun cukup enak, mudah dibuat dan diperoleh. Melakukan olah raga di rumah bila harus mengurus anak bayi atau berolahraga ditempat kerja yang masih mungkin dilakukan atau di mobil atau ketempat kebugaran sesusai kerja. Modifikasi jenis olahraga sangat dianjurkan.
Pengaturan makanan
1. Kalori:
Kebutuhan kalori orang dewasa berkisar 1500-2000 kkal perhari. Untuk menurunkan berat badan (membuang cadangan lemak) diperlukan defisit pemasukan kalori sekitar 500 kkal/hari, sehingga anjuran asupan berkisar 1000 kkal pada wanita dan 1500 kkal pada pria.
Yang perlu diperhatikan adalah bahan makanan yang mempunyai kalori tinggi dan tersembunyi. Kalori tertinggi diperoleh dari lemak (9 kkal/g) dan gula (4 kkal/g). Bahan makanan ini memberi rasa nikmat dan mempunyai volume yang kecil sehingga tidak disadari bahwa kalorinya sangat besar.
Memperbaiki cara memasak, akan mengurangi penggunaan kalori, seperti menumis, merebus, memepes, memanggang akan menggunakan lemak yang lebih sedikit dibandingkan dengan menggoreng dan masakan bersantan.
Makanan siap saji/cepat saji (nugget, pizza, spaghetti, burger, kentang goreng, sosis) merupakan makanan yang mengandung kalori tinggi dari kandungan lemaknya. Sedangkan kue kering, tart, es krim, alkohol dan minuman soda mengandung kalori tinggi dari kandungan gulanya.
Makan makanan yang banyak mengandung gula dan lemak selain meningkatkan kalori masuk yang akan ditumpuk dalam jaringan lemak tubuh juga akan meningkatkan kadar trigliserida dan kolesterol LDL.
2. Lemak:
Selain lemak mempunyai kalori yang tinggi, lemak makanan juga mempe-ngaruhi kadar kolesterol darah. Kolesterol darah diperoleh dari makanan yang mengandung kolesterol seperti lemak hewan dan jerohan serta kuning telur. Namun tubuh juga dapat membuat sendiri kolesterol di hati dari bahan lain yaitu gula darah dan lemak jenuh. Lebih dari setengah kolesterol yang beredar dalam darah dibuat oleh tubuh sendiri, sehingga pembatasan asupan lemak yang sangat ketat tidak akan bermanfaat karena tubuh justru akan membuat lebih banyak kolesterol.
Kolesterol hanya diperoleh dari hewan, sebab hanya dibuat oleh hati hewan. Maka harus diingat, minyak tumbuhan tidak mengandung kolesterol. Minyak tumbuhan mengandung fitosterol, yang kerjanya justru menghambat penyerapan kolesterol hewan yang jahat hingga 50% dan menurunkan kolesterol LDL hingga 10% bila digunakan dalam jumlah tepat yaitu 2 g/hari. Asupan harian fitosterol yang diperoleh dari makanan biasa berkisar 100-300mg dan lebih tinggi pada vegetarian.
Kesimpulannya untuk menurunkan kolesterol darah, perlu membatasi kalori dari jenis bahan makanan apapun, termasuk gula, kolesterol dan lemak jenuh. Lemak jenuh diperoleh dari hewan dan tumbuhan yaitu gajih hewan, kulit dan jerohan, sedangkan minyak kelapa, kelapa sawit dan santan juga memberi kontribusi besar.
Makanan Porsi Lemak jenuh (gram)
Prime Rib 220 g 32
Santan ½ cangkir 21
Donut 1 donat 11
Mentega (susu) 1 sdm 7.5
Keju 30 g 7
Ice cream ½ cup 7
Cream Cheese 2 sdm 6
Susu murni 1 cangkir 5
Lemak yang tidak dianjurkan dikonsumsi adalah lemak trans, yang biasa dikenal sebagai margarin. Lemak ini dihasilkan dari minyak tumbuhan yang pada dasarnya adalah lemak yang cukup baik, namun karena pengolahannya yang disebut hidrogenasi, mengakibatkan perubahan sifat minyak dari cair menjadi padat. Bila tubuh menggunakan lemak ini sebagai bahan pembuat sel manusia, maka fungsi sel tersebut akan terganggu. Terbukti dari meningkatnya penyakit jantung koroner akibat konsumsi lemak ini secara berlebihan. Lemak ini terdapat pada cake, taart, french fries, kue kering, permen-coklat. Membatasi 1 sdm/hari adalah baik.
Lemak yang dianjurkan penggunaannya adalah minyak olive yang kaya ikatan rangkap tunggal. Dari penelitian lemak ini memperbaiki kadar gula darah, trigliserida dan dapat meningkatkan HDL. Penggunaan secukupnya adalah lebih baik. Cara menggunakannya bisa mentah sebagai teman salad atau sarana menumis, asalkan tidak dipanaskan sampai berasap. Jenis extra virgin olive oil adalah yang terbaik.
Minyak ikan yang dapat diperoleh dari ikan seminggu 2 kali atau lebih atau diperoleh dengan mengonsumsi suplemen 1-2 g/hari, sangat baik menurunkan kadar Trigliserida dan menurunkan kolesterol LDL. Selain itu Minyak ikan (omega 3) memperbaiki daya tahan tubuh dan sistem syaraf.
Membatasi penggunaan minyak hingga 25-30% total kalori makanan adalah hal penting karena tanpa disadari, bahan makanan seperti daging sudah mengandung 20-25% lemak, sedangkan kacang-kacangan mengandung 40% lebih lemak. Asupan 1 potong ikan (100 g) dan 2 potong tahu/tempe (@50 g) serta 2 sdm minyak dalam sehari sudah mencapai 30% kalori untuk total kalori 1000.
3. Serat
Serat memegang peran penting pada proses penurunan BB. Terdapat 2 jenis serat:
Serat larut yang tak kasat mata seperti yang terdapat pada oat, kulit ari dari serealia (beras merah, roti gandum) , kacang-kacangan dan buah. Sedangkan serat tak larut dapat dilihat oleh mata dan sebelum dapat ditelan harus dikunyah dengan baik. contoh serat tak larut adalah sayuran.
Serat mempunyai volume yang sangat besar dan menyerap air sehingga mengakibatkan rasa kenyang sedangkan kalorinya tidak besar. Dari penelitian diperoleh bahwa seseorang yang makan serat dari buah-buahan dapat menurunkan BB lebih banyak dibanding serat sereal.
Selain itu, serat larut dapat memperbaiki fungsi insulin yang terganggu karena sindroma metabolik, sehingga serat dapat memperbaiki kadar gula darah. Serat larut juga dapat menstabilkan gula darah sehingga memperlambat rasa lapar.
Serat larut dapat mengikat empedu yang diperlukan bagi pembuatan kolesterol, sehingga pada penggunaan jangka panjang akan menurunkan kadar kolesterol.
Kesimpulan:
1. Kebutuhan kalori untuk menurunkan BB pada wanita sekitar 1000 kkal, dan 1500 pada pria disesuaikan dengan asupan sebelumnya.
2. Proporsi lemak adalah 25-30% dari total kalori (+/_ 35g/hari), dengan membatasi lemak jenuh dan lemak trans tapi meningkatkan asupan minyak olive/ fitosterol.
3. Perbanyak serat dari buah dan serealia, serta sayur untuk mempercepat rasa kenyang, menurunkan kadar lemak dan menstabilkan gula darah.
4. Keanekaragaman makanan diperlukan untuk memperoleh keseimbangan zat gizi
5. Bagi rata makanan agar dapat dikonsumsi 5 kali dalam sehari dengan menitik beratkan pada volume makanan. Jadwal makan 5 kali adalah sarapan, snek, makan siang, snek, makan malam yang harus berakhir sebelum pukul 19 malam.
4. Jangan menghindari sarapan agar keseimbangan gula darah terjaga dan tidak ada kecenderungan mengudap.
5. Olah raga teratur, jangka panjang dengan intensitas sedang memperbaiki profil lipid dan bentuk tubuh.
6. Obat sesuai indikasi mungkin diperlukan bila perubahan pola hidup belum berdampak optimal

OBESITAS
BATASAN
Obesitas adalah penimbunan jaringan lemak secara berlebihan akibat ketidak seimbangan antara asupan energi (energy intake) dengan pemakaian energi (energy expenditure).
PATOFISIOLOGI
Obesitas terjadi karena adanya kelebihan energi yang disimpan dalam bentuk jaringan lemak. Gangguan keseimbangan energi ini dapat disebabkan oleh faktor eksogen (obesitas primer) sebagai akibat nutrisional (90%) dan faktor endogen (obesitas sekunder) akibat adanya kelainan hormonal, sindrom atau defek genetik (meliputi 10%).
Pengaturan keseimbangan energi diperankan oleh hipotalamus melalui 3 proses fisiologis, yaitu : pengendalian rasa lapar dan kenyang, mempengaruhi laju pengeluaran energi dan regulasi sekresi hormon. Proses dalam pengaturan penyimpanan energi ini terjadi melalui sinyal-sinyal eferen (yang berpusat di hipotalamus) setelah mendapatkan sinyal aferen dari perifer (jaringan adipose, usus dan jaringan otot). Sinyal-sinyal tersebut bersifat anabolik (meningkatkan rasa lapar serta menurunkan pengeluaran energi) dan dapat pula bersifat katabolik (anoreksia, meningkatkan pengeluaran energi) dan dibagi menjadi 2 kategori, yaitu sinyal pendek dan sinyal panjang. Sinyal pendek mempengaruhi porsi makan dan waktu makan, serta berhubungan dengan faktor distensi lambung dan peptida gastrointestinal, yang diperankan oleh kolesistokinin (CCK) sebagai stimulator dalam peningkatan rasa lapar. Sinyal panjang diperankan oleh fat-derived hormon leptin dan insulin yang mengatur penyimpanan dan keseimbangan energi.
Apabila asupan energi melebihi dari yang dibutuhkan, maka jaringan adiposa meningkat disertai dengan peningkatan kadar leptin dalam peredaran darah. Leptin kemudian merangsang anorexigenic center di hipotalamus agar menurunkan produksi Neuro Peptide –Y (NPY), sehingga terjadi penurunan nafsu makan. Demikian pula sebaliknya bila kebutuhan energi lebih besar dari asupan energi, maka jaringan adiposa berkurang dan terjadi rangsangan pada orexigenic center di hipotalamus yang menyebabkan peningkatan nafsu makan. Pada sebagian besar penderita obesitas terjadi resistensi leptin, sehingga tingginya kadar leptin tidak menyebabkan penurunan nafsu makan.
GEJALA KLINIS
Berdasarkan distribusi jaringan lemak, dibedakan menjadi :
- apple shape body (distribusi jaringan lemak lebih banyak dibagian dada dan pinggang)
- pear shape body/gynecoid (distribusi jaringan lemak lebih banyak dibagian pinggul dan paha)
Secara klinis mudah dikenali, karena mempunyai ciri-ciri yang khas, antara lain :
- wajah bulat dengan pipi tembem dan dagu rangkap
- leher relatif pendek
- dada membusung dengan payudara membesar
- perut membuncit (pendulous abdomen) dan striae abdomen
- pada anak laki-laki : Burried penis, gynaecomastia
- pubertas dini
- genu valgum (tungkai berbentuk X) dengan kedua pangkal paha bagian dalam saling menempel dan bergesekan yang dapat menyebabkan laserasi kulit
CARA PEMERIKSAAN
1. Anamnesis :
Saat mulainya timbul obesitas : prenatal, early adiposity rebound, remaja
Riwayat tumbuh kembang (mendukung obesitas endogenous)
Adanya keluhan : ngorok (snoring), restless sleep, nyeri pinggul
Riwayat gaya hidup :
a.Pola makan/kebiasaan makan
b.Pola aktifitas fisik : sering menonton televisi
Riwayat keluarga dengan obesitas (faktor genetik), yang disertai dengan resiko seperti penyakit kardiovaskuler di usia muda, hiperkolesterolemia, hipertensi dan diabetes melitus tipe II
2.Pemeriksaan fisik :
Adanya gejala klinis obesitas seperti diatas
3.Pemeriksaan penunjang : analisis diet, laboratoris, radiologis, ekokardiografi dan tes fungsi paru (jika ada tanda-tanda kelainan).
4.Pemeriksaan antropometri :
Pengukuran berat badan (BB) dibandingkan berat badan ideal (BBI). BBI adalah berat badan menurut tinggi badan ideal. Disebut obesitas bila BB > 120% BB Ideal.
Pengukuran indeks massa tubuh (IMT). Obesitas bila IMT P > 95 kurva IMT berdasarkan umur dan jenis kelamin dari CDC-WHO.
Pengukuran lemak subkutan dengan mengukur skinfold thickness (tebal lipatan kulit/TLK). Obesitas bila TLK Triceps P > 85.
Pengukuran lemak secara laboratorik, misalnya densitometri, hidrometri
PENYULIT
1.Kardiovaskuler
Terkait dengan: peningkatan kadar insulin, trigliserida, LDL-kolesterol dan tekanan darah sistolik serta penurunan kadar HDL- kolesterol.
2.Diabetes Mellitus tipe-2
Jarang ditemukan pada anak obesitas, tetapi hampir semua anak obesitas dengan diabetes mellitus tipe-2 mempunyai IMT > + 3SD atau P > 99.
3.Obstructive sleep apnea
Sering dijumpai dengan gejala mengorok. Gejala ini berkurang seiring dengan penurunan berat badan.
4.Gangguan ortopedik
Disebabkan tergelincirnya epifisis kaput femoris yang menimbulkan gejala nyeri panggul atau lutut dan terbatasnya gerakan panggul akibat kelebihan berat badan.
5.Pseudotumor serebri
Adanya gangguan jantung dan paru pada obesitas, menyebabkan peningkatan kadar CO2 dan peningkatan tekanan intrakranial, yang dapat menimbulkan sakit kepala, papil edema, diplopia, kehilangan lapangan pandang perifer dan iritabilitas.
6. Problem psikososial.
Karena obesitas merupakan bentuk tubuh yang tidak menyenangkan serta adanya anggapan bahwa anak obesitas identik dengan malas, jorok, bodoh, jelek, pembohong dan curang, sehingga anak yang obesitas sering mengalami diskriminasi, fungsi sosial berkurang serta penurunan prestasi belajar, kebugaran dan kesehatan.
PENATALAKSANAAN
Prinsipnya adalah mengurangi asupan energi serta meningkatkan keluaran energi, dengan cara pengaturan diet, peningkatan aktifitas fisik, dan mengubah/modifikasi pola hidup.
1. Menetapkan target penurunan berat badan
Untuk penurunan berat badan ditetapkan berdasarkan :
• Usia anak : 2-7 tahun dan diatas 7 tahun
• Derajat obesitas
• Ada tidaknya penyakit penyerta/komplikasi.
Pada anak obesitas usia dibawah 7 tahun tanpa komplikasi, dianjurkan cukup dengan mempertahankan berat badan. Pada anak obesitas usia dibawah 7 tahun dengan komplikasi dan usia diatas 7 tahun (dengan/tanpa komplikasi) dianjurkan untuk menurunkan berat badan (diet dan aktifitas fisik). Target penurunan berat badan dengan kecepatan 0,5-2 kg per bulan, sampai mencapai berat badan ideal.
2. Pengaturan diet
Prinsip pengaturan diet pada anak obesitas adalah diet seimbang sesuai dengan angka kecukupan gizi (AKG), hal ini karena anak masih mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Intervensi diet harus disesuaikan dengan usia anak, derajat obesitas dan ada tidaknya penyakit penyerta. Pada obesitas tanpa penyakit penyerta, diberikan diet seimbang rendah kalori dengan pengurangan asupan kalori sebesar 30%. Dapat pula memakai perhitungan kebutuhan kalori berdasarkan berat badan sebagai berikut :
BB ideal + (BB aktual-BB ideal) X 0,25
Dalam pengaturan diet ini perlu diperhatikan tentang :
•Menurunkan berat badan dengan tetap mempertahankan pertumbuhan normal.
•Diet seimbang dengan komposisi karbohidrat 50-60%, lemak 20-30% dengan lemak jenuh < 10% dan protein 15-20% energi total serta kolesterol < 300 mg per hari.
•Diet tinggi serat, dianjurkan pada anak usia > 2 tahun dengan penghitungan dosis menggunakan rumus : (umur dalam tahun + 5) gram per hari.
3. Pengaturan aktifitas fisik
Latihan fisik yang diberikan disesuaikan dengan tingkat perkembangan motorik, kemampuan fisik dan umurnya. Aktifitas fisik untuk anak usia 6-12 tahun lebih tepat yang menggunakan keterampilan otot, seperti bersepeda, berenang, menari dan senam. Dianjurkan untuk melakukan aktifitas fisik selama 20-30 menit per hari.
4. Mengubah pola hidup/perilaku
Diperlukan peran serta orang tua sebagai komponen intervensi, dengan cara :
.Pengawasan sendiri terhadap: berat badan, asupan makanan dan aktifitas fisik serta mencatat perkembangannya.
.Mengontrol rangsangan untuk makan. Orang tua diharapkan dapat menyingkirkan rangsangan disekitar anak yang dapat memicu keinginan untuk makan.
•Mengubah perilaku makan, dengan mengontrol porsi dan jenis makanan yang dikonsumsi dan mengurangi makanan camilan.
.Memberikan penghargaan dan hukuman.
•Pengendalian diri, dengan menghindari makanan berkalori tinggi yang pada umumnya lezat dan memilih makanan berkalori rendah.
5. Peran serta orang tua, anggota keluarga, teman dan guru.
Orang tua menyediakan diet yang seimbang, rendah kalori dan sesuai petunjuk ahli gizi. Anggota keluarga, guru dan teman ikut berpartisipasi dalam program diet, mengubah perilaku makan dan aktifitas yang mendukung program diet.
6. Konseling problem psikososial, terutama untuk peningkatan rasa percaya diri
7. Terapi intensif
Terapi intensif diterapkan pada anak dengan obesitas berat dan yang disertai komplikasi yang tidak memberikan respon pada terapi konvensional, terdiri dari diet berkalori sangat rendah (very low calorie diet), farmakoterapi dan terapi bedah.
Indikasi terapi diet dengan kalori sangat rendah bila berat badan > 140% BB Ideal atau IMT P > 97, dengan asupan kalori hanya 600-800 kkal per hari dan protein hewani 1,5-2,5 gram/kg BB Ideal, dengan suplementasi vitamin dan mineral serta minum > 1,5 L per hari. Terapi ini hanya diberikan selama 12 hari dengan pengawasan dokter.
Farmakoterapi dikelompokkan menjadi 3, yaitu : mempengaruhi asupan energi dengan menekan nafsu makan, contohnya sibutramin; mempengaruhi penyimpanan energi dengan menghambat absorbsi zat-zat gizi contohnya orlistat, leptin, octreotide dan metformin; meningkatkan penggunaan energi. Farmakoterapi belum direkomendasikan untuk terapi obesitas pada anak, karena efek jangka panjang yang masih belum jelas.
Terapi bedah di indikasikan bila berat badan > 200% BB Ideal. Prinsip terapi ini adalah untuk mengurangi asupan makanan atau memperlambat pengosongan lambung dengan cara gastric banding, dan mengurangi absorbsi makanan dengan cara membuat gastric bypass dari lambung ke bagian akhir usus halus. Sampai saat ini belum banyak penelitian tentang manfaat dan bahaya terapi ini pada anak.
Kegemukan dapat diketahui dengan mengukur jumlah lemak seluruh tubuh menggunakan alat impedans atau mengukur ketebalan lemak di tempat-tempat tertentu menggunakan alat kaliper. Selain itu lemak di sekitar perut dapat diukur dengan menggunakan meteran. Secara sederhana kegemukan dapat dihitung dengan menghitung Indeks Massa Tubuh, yaitu membagi berat badan (kg) dengan tinggi badan dikuadratkan (m2) atau
IMT = .
Perhitungan ini tidak berlaku bagi atlet, ibu hamil dan anak-anak.
Risiko penyakit akibat kegemukan
Jenis kegemukan atau obesitas dapat dibagi dua, yaitu yang merata seluruh tubuh dan yang lokal terutama di perut yang disebut obesitas sentral. Kedua jenis obesitas ini mempunyai dampak pada kesehatan tubuh secara langsung.
Tubuh yang berat akan membebani lutut mengakibatkan keradangan sendi, memicu hipertensi, mengganggu kesuburan dan dapat mengakibatkan kematian mendadak saat tidur. Kelebihan asupan makanan mengakibatkan meningkatnya lemak darah yang tidak diinginkan (kolesterol LDL dan Trigliserida). Selain itu, jaringan lemak tubuh yang merupakan tempat deposit kelebihan kalori, terutama dibagian dalam rongga perut ,ikut mengganggu kerja insulin (resistensi insulin).
Gangguan lemak darah dan resisitensi insulin mengkibatkan kumpulan gejala yang disebut sindroma metabolik, yang ditandai dengan obesitas sentral, hipertensi, dislipidemia (kolesterol total, LDL, trigliserida tinggi, sedangkan kolesterol HDL rendah) dan gula darah puasa yang meningkat. Keadaan ini akan memicu terjadinya diabetes dan menimbulkan penyempitan pembuluh darah yang pada akhirnya meningkatkan kejadian serangan jantung dan stroke.
Selain itu, makan berlebihan akan meningkatkan radikal bebas yang akan memicu terjadinya keganasan (kanker).
Bagaimana terjadinya kegemukan atau obesitas
Kegemukan disebabkan oleh ketidak imbangan kalori yang masuk dibanding yang keluar. Kalori diperoleh dari makanan sedangkan pengeluarannya melalui aktivitas tubuh dan olah raga. Kalori terbanyak (60-70%) dipakai oleh tubuh untuk kehidupan dasar seperti bernafas, jantung berdenyut dan fungsi dasar sel. Besarnya kebutuhan kalori dasar ini ditentukan oleh genetik atau keturunan. Namun aktifitas fisik dan olah raga dapat meningkatkan jumlah penggunaan kalori keseluruhan.
Jadi ketidak imbangan kalori ini dapat ditentukan oleh faktor keturunan tapi dipicu oleh pola hidup dan lingkungan. Kebiasaan hidup santai, malas bergerak, selalu dibantu oleh orang lain (pembantu/supir) atau alat (remote/ handphone/ eskalator/ kendaraan) dan makan berlebihan akan meningkatkan asupan dan menurunkan luaran kalori.
Tatalaksana kegemukan/ obesitas
Hampir semua penderita kegemukan tahu cara menurunkan BB, yaitu dengan berdiet dan berolah raga, namun sedikit yang berhasil. Umumnya mereka gagal atau hanya mengalami sedikit penurunan BB atau ada pula yang mengalami sindroma yoyo, yaitu BB turun dengan drastis, namun beberapa waktu kemudian naik dengan pesat. Apa yang salah? Kesalahannya terletak pada ketidak tahuan dan ketidak mampuan.
Ada beberapa cara penurunan BB dalam hal ini penurunan lemak tubuh, yang disesuaikan dengan jenis, beratnya obesitas dan status kesehatan yaitu:
1. Perubahan pola hidup
2. Obat-obatan
3. Pembedahan
Perubahan pola hidup yaitu mengatur pola makan dan meningkatkan aktivitas fisik. Pembatasan kalori saja ternyata hanya dapat menurunkan berat badan dan kurang berdampak baik pada lemak darah. Sedangkan olah raga saja tidak menurunkan BB (karena jaringan lemak digantikan jaringan otot yang lebih berat) namun memperbaiki profil lemak darah yaitu menurunkan kolesterol LDL, trigliserida dan meningkatkan kolesterol HDL.
Agar dapat diperoleh penurunan lemak tubuh dan perbaikan profil lemak darah maka harus dilakukan keduanya sekaligus yang disebut sebagai perubahan pola hidup. Olah raga yang tepat dapat meningkatkan metabolisme energi sehingga membantu penurunan BB dan mempertahankan BB selain meningkatkan kebugaran.
Perubahan pola hidup merupakan hal penting yang mendasar serta tidak perlu menanggung konsekwensi komplikasi yang mungkin timbul dari obat atau pembedahan. Namun perubahan pola hidup ini tidak mudah, perlu proses dan waktu. Tiap manusia ingin memperoleh jalan pintas, cepat dan tidak susah sehingga memilih jalan lain yaitu menggunakan obat-obatan dan pembedahan.
Penggunaan obat-obatan bukan merupakan pilihan utama, sebab tanpa mengubah pola hidup, obat tidak bermanfaat,karena berat badan akan kembali kesemula bila penggunaan obat dihentikan. Bahkan obat-obat tertentu memberi efek samping yang kurang baik untuk tubuh. Dari penelitian diketahui bahwa diet, dibarengi oleh raga rutin dan obat menghasilkan penurunan BB yang paling baik dan bertahan lama. Obat pelangsing yang beredar sangat banyak, namun hanya dua jenis yang diijinkan dan diindikasikan sebagai obat obesitas oleh departemen kesehatan RI. Kelompok yang pertama adalah orlistat yang menghambat penyerapan sebagian lemak makanan yang sedang dicerna. Lemak merupakan penyeimbang energi terbesar, sehingga pengurangan jumlah lemak akan mengurangi kalori yang masuk, selain obat ini juga memperbaiki profil lemak darah. Kelompok lain yaitu Sibutramine mempunyai efek mempercepat rasa kenyang. Kesimpulannya kedua obat ini bekerja menurunkan asupan kalori.
Pemilihan jenis obat sangat tergantung pada pola hidup dan status kesehatan pasien, maka pemilihannya dan dosis yang diberikan harus dengan resep dokter. Pembedahan bukan merupakan jalan pintas yang tepat bagi penderita kegemukan. Pembedahan berupa pemendekan usus dan penyempitan lambung hanya ditujukan bagi penderita obesitas morbid atau obesitas berat yang terancam kematian. Sedangkan operasi sedot lemak hanya memperbaiki kosmetis, tapi tidak menurunkan risiko terjadinya penyakit akibat kegemukan, sebab pola hidup sehat tidak dilakukan.
Penurunan berat badan yang baik akan menurunkan faktor risiko terjadinya penyakit. Penuruan 5% dari BB semula sudah mempunyai dampak, apalagi 10 %, yang dengan mudah dicapai melalui perubahan pola hidup.
Jadi, harus bagaimana?
1. Mulailah dengan tekad.
Pengetahuan bahwa kegemukan merupakan pemicu timbulnya masalah kesehatan yang berat, dapat memberi motivasi. Selain motifasi kesehatan, penampilan juga perlu mendapat perhatian. Keluarga dan teman-teman disekeliling juga perlu diberitahu tujuan penurunan BB, sehingga dapat mendukung program ini.
2. Dari pengetahuan yang diperoleh di atas, pengaturan makan dibarengi gaya hidup aktif dan berolah raga teratur dan bila perlu menggunakan obat (indikasi: IMT > 30 atau ada penyakit) merupakan jalan terbaik. Kesinambungan merupakan kemutlakan. Jangan berhenti bila tujuan sudah dicapai. Pertahankan seumur hidup.
3. Buat target jangka pendek dan semangati diri sendiri bila bisa mencapai target. Target jangka pendek adalah penurunan BB 0,5 kg/minggu atau jangka panjang adalah penurunan 10% BB dan mengecilkan lingkar perut.
4. Buat rencana yang masuk akal dan dapat dilakukan untuk jangka waktu lama, seperti makan teratur namun rendah kalori, bukannya berpuasa. Mempelajari variasi makanan yang rendah kalori namun cukup enak, mudah dibuat dan diperoleh. Melakukan olah raga di rumah bila harus mengurus anak bayi atau berolahraga ditempat kerja yang masih mungkin dilakukan atau di mobil atau ketempat kebugaran sesusai kerja. Modifikasi jenis olahraga sangat dianjurkan.
Pengaturan makanan
1. Kalori:
Kebutuhan kalori orang dewasa berkisar 1500-2000 kkal perhari. Untuk menurunkan berat badan (membuang cadangan lemak) diperlukan defisit pemasukan kalori sekitar 500 kkal/hari, sehingga anjuran asupan berkisar 1000 kkal pada wanita dan 1500 kkal pada pria.
Yang perlu diperhatikan adalah bahan makanan yang mempunyai kalori tinggi dan tersembunyi. Kalori tertinggi diperoleh dari lemak (9 kkal/g) dan gula (4 kkal/g). Bahan makanan ini memberi rasa nikmat dan mempunyai volume yang kecil sehingga tidak disadari bahwa kalorinya sangat besar.
Memperbaiki cara memasak, akan mengurangi penggunaan kalori, seperti menumis, merebus, memepes, memanggang akan menggunakan lemak yang lebih sedikit dibandingkan dengan menggoreng dan masakan bersantan.
Makanan siap saji/cepat saji (nugget, pizza, spaghetti, burger, kentang goreng, sosis) merupakan makanan yang mengandung kalori tinggi dari kandungan lemaknya. Sedangkan kue kering, tart, es krim, alkohol dan minuman soda mengandung kalori tinggi dari kandungan gulanya.
Makan makanan yang banyak mengandung gula dan lemak selain meningkatkan kalori masuk yang akan ditumpuk dalam jaringan lemak tubuh juga akan meningkatkan kadar trigliserida dan kolesterol LDL.
2. Lemak:
Selain lemak mempunyai kalori yang tinggi, lemak makanan juga mempe-ngaruhi kadar kolesterol darah. Kolesterol darah diperoleh dari makanan yang mengandung kolesterol seperti lemak hewan dan jerohan serta kuning telur. Namun tubuh juga dapat membuat sendiri kolesterol di hati dari bahan lain yaitu gula darah dan lemak jenuh. Lebih dari setengah kolesterol yang beredar dalam darah dibuat oleh tubuh sendiri, sehingga pembatasan asupan lemak yang sangat ketat tidak akan bermanfaat karena tubuh justru akan membuat lebih banyak kolesterol.
Kolesterol hanya diperoleh dari hewan, sebab hanya dibuat oleh hati hewan. Maka harus diingat, minyak tumbuhan tidak mengandung kolesterol. Minyak tumbuhan mengandung fitosterol, yang kerjanya justru menghambat penyerapan kolesterol hewan yang jahat hingga 50% dan menurunkan kolesterol LDL hingga 10% bila digunakan dalam jumlah tepat yaitu 2 g/hari. Asupan harian fitosterol yang diperoleh dari makanan biasa berkisar 100-300mg dan lebih tinggi pada vegetarian.
Kesimpulannya untuk menurunkan kolesterol darah, perlu membatasi kalori dari jenis bahan makanan apapun, termasuk gula, kolesterol dan lemak jenuh. Lemak jenuh diperoleh dari hewan dan tumbuhan yaitu gajih hewan, kulit dan jerohan, sedangkan minyak kelapa, kelapa sawit dan santan juga memberi kontribusi besar.
Makanan Porsi Lemak jenuh (gram)
Prime Rib 220 g 32
Santan ½ cangkir 21
Donut 1 donat 11
Mentega (susu) 1 sdm 7.5
Keju 30 g 7
Ice cream ½ cup 7
Cream Cheese 2 sdm 6
Susu murni 1 cangkir 5
Lemak yang tidak dianjurkan dikonsumsi adalah lemak trans, yang biasa dikenal sebagai margarin. Lemak ini dihasilkan dari minyak tumbuhan yang pada dasarnya adalah lemak yang cukup baik, namun karena pengolahannya yang disebut hidrogenasi, mengakibatkan perubahan sifat minyak dari cair menjadi padat. Bila tubuh menggunakan lemak ini sebagai bahan pembuat sel manusia, maka fungsi sel tersebut akan terganggu. Terbukti dari meningkatnya penyakit jantung koroner akibat konsumsi lemak ini secara berlebihan. Lemak ini terdapat pada cake, taart, french fries, kue kering, permen-coklat. Membatasi 1 sdm/hari adalah baik.
Lemak yang dianjurkan penggunaannya adalah minyak olive yang kaya ikatan rangkap tunggal. Dari penelitian lemak ini memperbaiki kadar gula darah, trigliserida dan dapat meningkatkan HDL. Penggunaan secukupnya adalah lebih baik. Cara menggunakannya bisa mentah sebagai teman salad atau sarana menumis, asalkan tidak dipanaskan sampai berasap. Jenis extra virgin olive oil adalah yang terbaik.
Minyak ikan yang dapat diperoleh dari ikan seminggu 2 kali atau lebih atau diperoleh dengan mengonsumsi suplemen 1-2 g/hari, sangat baik menurunkan kadar Trigliserida dan menurunkan kolesterol LDL. Selain itu Minyak ikan (omega 3) memperbaiki daya tahan tubuh dan sistem syaraf.
Membatasi penggunaan minyak hingga 25-30% total kalori makanan adalah hal penting karena tanpa disadari, bahan makanan seperti daging sudah mengandung 20-25% lemak, sedangkan kacang-kacangan mengandung 40% lebih lemak. Asupan 1 potong ikan (100 g) dan 2 potong tahu/tempe (@50 g) serta 2 sdm minyak dalam sehari sudah mencapai 30% kalori untuk total kalori 1000.
3. Serat
Serat memegang peran penting pada proses penurunan BB. Terdapat 2 jenis serat:
Serat larut yang tak kasat mata seperti yang terdapat pada oat, kulit ari dari serealia (beras merah, roti gandum) , kacang-kacangan dan buah. Sedangkan serat tak larut dapat dilihat oleh mata dan sebelum dapat ditelan harus dikunyah dengan baik. contoh serat tak larut adalah sayuran.
Serat mempunyai volume yang sangat besar dan menyerap air sehingga mengakibatkan rasa kenyang sedangkan kalorinya tidak besar. Dari penelitian diperoleh bahwa seseorang yang makan serat dari buah-buahan dapat menurunkan BB lebih banyak dibanding serat sereal.
Selain itu, serat larut dapat memperbaiki fungsi insulin yang terganggu karena sindroma metabolik, sehingga serat dapat memperbaiki kadar gula darah. Serat larut juga dapat menstabilkan gula darah sehingga memperlambat rasa lapar.
Serat larut dapat mengikat empedu yang diperlukan bagi pembuatan kolesterol, sehingga pada penggunaan jangka panjang akan menurunkan kadar kolesterol.
Kesimpulan:
1. Kebutuhan kalori untuk menurunkan BB pada wanita sekitar 1000 kkal, dan 1500 pada pria disesuaikan dengan asupan sebelumnya.
2. Proporsi lemak adalah 25-30% dari total kalori (+/_ 35g/hari), dengan membatasi lemak jenuh dan lemak trans tapi meningkatkan asupan minyak olive/ fitosterol.
3. Perbanyak serat dari buah dan serealia, serta sayur untuk mempercepat rasa kenyang, menurunkan kadar lemak dan menstabilkan gula darah.
4. Keanekaragaman makanan diperlukan untuk memperoleh keseimbangan zat gizi
5. Bagi rata makanan agar dapat dikonsumsi 5 kali dalam sehari dengan menitik beratkan pada volume makanan. Jadwal makan 5 kali adalah sarapan, snek, makan siang, snek, makan malam yang harus berakhir sebelum pukul 19 malam.
4. Jangan menghindari sarapan agar keseimbangan gula darah terjaga dan tidak ada kecenderungan mengudap.
5. Olah raga teratur, jangka panjang dengan intensitas sedang memperbaiki profil lipid dan bentuk tubuh.
6. Obat sesuai indikasi mungkin diperlukan bila perubahan pola hidup belum berdampak optimal